1811=simply.cant.get.any.more.ideas.on.how.to.name.this.blog.

11.1.06

Hal menggelikan di pagi Adha

Selamat Hari Raya! Have a festive Aidil Adha buat semua :)

Hari kemarin sudah lewat, Adha sudah lewat. Beruntunglah mereka yang sedang tunaikan haji di Arafah. Semoga juga dihujani rahmat yang serupa bagi kita yang rayakan Adha di sini. :)

Ada yang menggelitik urat-urat emosi sepagi itu di barisan shaf ied ketika mencerna sebuah pesan khutbah berharga. Sebuah pesan tentang rokok. Yap, ROKOK.

Maaf dulu untuk penikmat rokok di luar sana :D. Saya akui saya anti rokok. Dan bukannya saya juga gak tahu nikmatnya merokok seperti apa. Seperti lendir hitam, muka bengkak dan durasi gurah yang saya jalani sangat lama hingga 2 jam-an lebih cukup memberi bukti bahwa menghisap asap dan nikotin gak ada gunanya sekali buat apapun. Apapun.

Dan ya, saya dulu juga merokok. Tapi bukan perokok. Cukup nikmat untuk malam2 dingin di Bandung, teman menulis puisi, lagu dan melukis sembarang kertas gambar. Dan saya berhenti. Bikin bau, katanya :). Well itu betul. Dan bikin nafas gak kuat panjang kalau ambil nada-nada tinggi terutama kalau menjelang pagi. Serak dan mentok sampai di situ. Dji Sam Soe biangnya.

Kembali ke momen khutbah Adha pagi kemarin. Diuraikan pengkhutbah bahwa setidaknya jika seseorang dengan hobi mengeluarkan uang setidaknya Rp. 7.500 per hari untuk sebungkus rokok, maka dalam 30 hari bisa habiskan Rp. 225.000 untuk rokok. Dalam setahun sudah jelas orang itu akan mengeluarkan Rp. 2.700.000 hanya untuk menghembus hembus asap nikotin, bikin rapat udara yang udah penuh sesak dengan CO2 dan racun lain. Bukan sok biologis dan sok sehat, tapi coba sedikit melek dan sadari, apa gak ngerasa diperbudak tuh ama sebatang kecil itu untuk beli dan beli dan beli walaupun sebatang cuma untuk muasin batin? Sedangkan duit yang dikeluarin dalam setahun itu nyata2 jumlahnya gak sedikit, sangat2 cukup untuk tiap hobbyist penderma warung rokok untuk bisa beli kambing setahun sekali untuk qurban yang cuma seharga Rp. 800.000 perak!

Bukan berarti saya juga sisihkan uang untuk kambing qurban seperti itu, tapi ya berpikir sedikitlah untuk menghabiskan uang yang sudah susah payah dicari dengan bijak. Uang 2,7 juta setahun bisa dikonversi jadi knowledge, bisa dikonversi jadi amal, bisa dikonversi jadi ladang kesenangan yang lain. Enteng sih emang ngomongnya, saya juga akui bahwa sangat susah untuk bijak ngatur pengeluaran untuk apa. Gak jarang duit habis cuma buat beli komik yang untuk banyak orang juga gak guna. Duit habis buat borong dvd bajakan sampai beratus ratus dalam sebulan. Duit habis buat beli mainan. Things yang buat banyak orang bener2 gak guna banget.

Tapi konversi rupiah yang saya punya semua itu gak bikin sakit orang.

Peduli. Itu poin besarnya. Dan terjadilah hal paling menggelikan dalam khutbah Adha. Sebagian besar yang mengaku muslim dalam barisan shaf pun menyalakan batang2 rokoknya. Wus wus, nikmat banget sambil duduk denger khutbah.

Ni orang pada gila apa? Goblok semua! Gak ada yang punya malu ama diri sendiri. Di barisan shaf ketika khutbah gak ada malu untuk merokok apa lagi ketika khutbahnya tentang rokok? Laknat semua! Sudah gak ada lagi hormat terhadap mimbar, gak ada lagi hormat terhadap sesama, gak ada lagi hormat terhadap Tuhan? So silakan saja nikmati kematianmu sendiri ..

Dan saya cuma bisa pelototi orang2 yang menyalakan rokok itu, termasuk berperang dalam diam dengan beberapa orang di lajur shaf saya, banyak dari mereka yang gak terima dengan teguran mata, dan banyak lagi yang malah menantang balik .. sial ..

Yah, semoga saja diampuni dosa2 kami semua .. beri petunjuk wahai sang Pemberi Nikmat .. amin.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home