kembali kalut.
tadi ada sedikit obrolan beramai ramai di depan tv, sembari liat wajah2 berminyak kru kru hello;motion di MetroTV e-lifestyle sore.
kepala gue terpancing beberapa statement kecil,
'animasi di indonesia gak berkembang karena tingkat keingintahuan masyarakatnya rendah - harga jual animasi lokal lebih rendah dibanding harga beli animasi impor - masih sedikit investor yang berani invest animasi karya lokal - masih banyak sinisme masyarakat terhadap karya lokal'
makes sense?
terus yang ada dan lewat di kepala cuma berupa kalut. setelah protes berat dgn keadaan ini gue sedikit berkaca dalam diri kita masing-masing. dan selang beberapa waktu obrolan bergeser,
'mau bikin usaha lokal - dengan kekuatan modal dan perencanaan matang pasti hasilnya dahsyat - mau buka usaha soto - mau bikin salad bar - mau buat yang unik agar menarik - mau bikin sidejob yang menyenangkan dan tinggal terima duit mengalir'
makes sense?
yang kelewat lagi lagi cuma kalut. bukan pesimisme. tapi mencoba sedikit kritis. ketika tiba-tiba ada lagi yang numpang lewat dan mencolok mata, clok!! sedikit kesadar kalo:
hampir 99% yang nempel di badan kita2 ini produk impor.
hampir 99% pilihan makanan yang disukai adalah produk impor.
hampir 99% pilihan tontonan yang menarik adalah produk impor.
hampir 99% omongan kita adalah omongan produk impor.
trus gimana nasib produk kita sendiri? kita orang indonesia. juga aktif berproduksi. walau tantangan dana sangat berat. tapi tetap kita berproduksi. dengan harapan mencapai hasil terbaik. dan pilihan tetap ada DI TANGAN MASYARAKAT.
pilih lokal atau impor?
makes sense kalo ada sanggahan yg bunyinya 'dengan harga yang tidak paut jauh kita bisa dapet barang yg lebih keren dengan produk non lokal'.
terus siapa pula yang bisa bela produk sendiri?
siapa yang perjuangin itu produk sendiri?
padahal kita juga bercita cita ingin berproduksi sendiri?
lalu bagaimana kita bisa capai hasil yg diharapkan kalo penghargaan terhadap produk sendiri aja susah?
gimana bisa mencintai anak sendiri yang keturunan jawa kulit coklat ngomong medok kalo yang dianggap keren tetep yang bukan coklat dan ngomong dengan logat si amrik amrik itu?
gimana rasanya jadi bagian dari bangsa impor?
...
gue yakin berat pembelaan2 produk impor sangat masuk akal. semua karena LEBIH BAIK dari produk lokal. termasuk film, animasi, musik dan lain lain lain. semua mungkin berdiri di bangku terdepan kursi KRITIK yang KRITIS. tapi hampir 99% dibawakan dengan nada sinis.
coba sedikit sebarkan faham. bahwa KRITIS BUKAN BERARTI SINIS. masih luas banget hamparan padang kritis dibentangkan dengan sifat yang membangun dan mendukung. Seperti mendidik anak sendiri yang melakukan kesalahan konyol memecahkan gelas atau memakai kaus kaki terbalik. Bakal jadi trauma besar kalo ia dimarahi dan dihina hina. Kita akui mutu manusia dan produk kita masih belum jadi pemenang di hati orang2 kita sendiri. Tapi kayaknya keren abis kalo bisa belajar terima itu pelan2 dengan sikap kritis yang tidak sinis. Ditelan bulat2 juga gapapa. Toh itu bagian dari proses belajar. :D
maju terus produk Indonesia!
:)
2 Comments:
Yang menempel di badan Mindang:
Baju dalam buatan Indonesia.
Kaus, beli di pasar loak Gedebage(ini masuk kategori apa?)
Celana pendek, beli di FO, made in Indo, merk luar.
Jaket jins, beli di FO, made in Indonesia, merk luar.
Sendal, beli di KotaKembangs, nggak ada merk.
Tas pinggang, made in Indonesia, merknya pake bhs Inggris.
Handphone: Made in Finland, merk Nokia. (wahaha)
Dompet: made in Korea, oleh-oleh.
Kamera digital: Made in Japan.
Notes: Made in Korea.
Bolpen: eh nggak tau nih made in mana.
Sampo: Sunsilk, made in Indonesia, merk MNC.
Sabun: Cashmere Bouquet, made in Indonesia, merk MNC.
Deodorant: Nivea, made in Germany, merk Jerman juga.
Wangi-wangi, merk Indonesia, Made in Indonesia, bau bunga Indonesia juga (tapi terus gue dibilang baunya kaya hantu kuburan huh)
Makanan yang disukai: akhir-akhir ini suka makan jeruk yang impor dari Cina. Makan roti gandum made in Indonesia, yang bahan bakunya gue nggak tau dia beli yang made in Indonesia apa impor. Minum susu made in Indonesia.
Tontonan yang menarik:
WAHAHA, ampun Men, gue ngaku, daripada liat acara TV produk Indonesia, mending gue nonton DVD bajakan. Bajakan Hongkong pula!
Omongan gue akhir-akhir ini sih masih seputar RUU APP itu... yang gue nggak tahu itu ide RUU made in mana.
Gue dibebasin buat pindah, dikasih jaminan dapat kerja dan dibayarin semilyar pun nggak bakalan mau pergi ke Amerika.
Karena gue bakalan milih ke New Zealand.
WAHAHAHA....
Jangan pesimis lah Men... bangsa ini emang udah bobrok dari dulunya, dan bertambah bobrok saat ini memang (ini benernya mau ngasih semangat apa gimana sih?)
Huhuy! rayuan pulau kelapa...
By M. Lim, at Saturday, March 11, 2006 9:12:00 PM
Gw makin cinta kok sama animasi lokal, malah awal gw menyentuh sektor animasi (jamannya produksi Homeland) gw sempet excited... Walah ternyata animasi buatan kita gak kalah keren ma PiXar lho, hehe =D Menurut gw sih, animasi lokal udh pantes kok bersaing dgn yg luar negeri punya... Terserah aja orang memilih, kan justru kebebasan itu menimbulkan persaingan sehat... Biar terus berkarya makin bagus, dan makin keren lagiey! Ayo tetap smangat!!! hehehe=D
By dotty rahmatiasih, at Monday, March 13, 2006 5:31:00 PM
Post a Comment
<< Home